Tidak sedikit orang yang berusaha mencari justifikasi (pembenar), agar pilihannya menjadi orang kaya tidak direcoki oleh kepentingan agama. Bagi mereka kaya itu lebih baik dari pada miskin, asalkan mau bersyukur. Tidak jarang pula mereka menjadikan keberadaan para sahabat Nabi yang kaya raya sebagai tameng diri mereka. “Kalau sahabat Abdurrohman bin ‘Auf saja kaya raya dan tidak dilarang oleh Nabi kenapa aku tidak boleh?” Begitu kira-kira yang ada dibenak mereka.
Namun sangat disayangkan kalau apa yang mereka katakan tidaklah sejalan dengan apa yang terjadi di lapangan. Mereka hanya pandai berkhotbah dan berteori tentang masalah dunia. Tetapi sama sekali hal itu tidak terjadi dalam kehidupan mereka. Itulah yang kemudian disebut dengan ‘ulamassu’ (ulama jelek). Dari luar, mereka kelihatan sangat bagus dan baik, namun di dalam hati mereka yang tersisa hanyalah kotoran-kotoran yang menjijikkan. Mereka tak lebih dari sebuah alat penyaring yang selalu mengeluarkan kebaikan bagi orang lain namun juga menyisakan kehinaan bagi dirinya sendiri.